Jalan Lain, Intelektual Muda Papua..
Negeri ini "Tanah Papua" memang tidak buyar. Tapi sekian banyak orang telah mati, lapar,bodoh, dan terbuang sebagai pengusi bahkan mungkin diperlakukan selayaknya anak tiri yang dimarah-marahi dengan cara apapun untuk mendiamkan protes mereka terhadap tindakan ketidak adilan yang diperlakukan bedah, "butuh keadilan dan keberpihakan secara total"
Memang sekian banyak zaman, sekian banyak orang dan sekian panjang janji-janji manis bila ada maunya oleh..." seberanya penderitaan rakyat telah bermula-, dan sudah menjadi takdir sosial kalau derita itu tampa akhir hingga explorasi SDA sampi akhir-habis.
Dulu memang negeri ini diperjuangkan oleh segilintir intelektual dan sejumlah tokoh adat Papua mereka berpengaruh yang berada bersama-sama rakyat dan merasakan langsung derita yang dialami. Mereka seperti kekuatan nurani rakyat yang memiliki pendidikan dan kedudukan sosial yang sama dan lebih baik dari rakyat seadanya.
Suda seharusnya "kaum muda intelektual Papua" buka mta,buka hati dan tidak muda terpengaruh dan tergiur dengan kehidupan mewah yang terus ditawarkan oleh retas zaman ini, tentu tidak lagi buta terhadap kenyataan sosial yang timpang, tampa ragu turun lapangan memimpin langsung perjuangan,menemui segenap rakyat, duduk bersama dengan intelektual muda lainnya yang memiliki visi-misi,cita-cita yang samaserta yang terpenting adalah memiliki kemauan yang sama untuk membebaskan negeri ini dari kungkungan fiodalisme,kapitalisme,liberalisme dari penguasaan explorasi Sumber Daya Alam SDA dengan menggunakan cara-cara cudas, bermotiofkan penipuan,pengelabuan,pengingkaran-pengingkaran kesepakatan yang disepakati bersama namun denganmudah diingkari begitu saja...haha aneh masi ada praktik-pratik borjuis di abad 21 ini.
Hari hari ini kita menyaksikan gerbong intelektual itu berderet panjang dan melihat bagaimana kiprah mereka yang tak jarang mendukung secara fanatik Imprealis modal,kapitalis dan isme-isme ekonomi lainnya terus dan terus berdansa ria bersama berkompromi dengan para komprador kelas kakap. "saya tidak melarang kaum muda berkarya,mengembangkan kemampuan intreprener dalam expetasi explorasi Sumberdaya Alam untuk menambang jumlah orang kaya muda Papua yang tentu berharap mampu bersaing dengan lainnya", silakan saja namun perluh kewaspadaan jangan sampe dugunakan sebagai alat komunikasi para komprador dalam melagengkan expansi mereka menguasi lahan-lahan kosong mereka sebagai modal usaha mereka.
Tentu sebagai kaum muda secepatnya menyadari bahwa jika terlambat untuk belajar dari sejarah dan tentunya sudah enggan merasakan derita yang dirasakan rakyat maka "jangan pernah berharap Tanah Papua akan maju se-langaka dari kondisi yang ada."
Tulisan ini memang sedikit kerasa dan menggoreskan sesuatu yang "lain" karena mengingatkan kembali mandat "cendikiawan/Intelektual muda" yang tentu masyarakat kebanyakan membutuhkan peran-peran strategis untuk secepatnya membebaskan dan mencerahkan Tanah ini bukan berdiri dan terus berjalan lesung tak berdaya. Coretan ini juga ingin menjaga kembali warisan suci tugas seorang intelektual, tokoh adat,kaum muda, yakni tak putus-putusnya doa harapan dari rakyat , berharap berdiri tegak menegakkan dan mempertahankan martabat rakyat dari pengaruh dan ancaman kolonialisme modal/para komprador yang semakin menggila ber-geliria ke kampung-kampung.
Tak berlebihan namun sekiranya patut dipertimbangkan jika coretan ini direnungkan oleh semua kalangan yang rindu perubahan,kemajuan, kemakmuran secepatnya terujud di "Tanah Papua".
Papua "orang-orangmu mengeliat,gelih dan bahagia, mendambakan perubahan itu ada sebenar-benarnya untuk kemakmuran rakyat seutuhnya". berharap demikin..!
Penulis: Syam Inay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar